Senin, 07 November 2016

Karakteristik dan Elemen-elemen Sistem

A.    Karakteristik Sistem

Untuk memahami atau mengembangkan suatu sistem , maka perlu membedakan unsur-unsur dari sistem yang membentuknya. Berikut adalah karakteristik sistem yang dapat membedakan suatu sistem dengan sistem lainnya:
1.      Batasan (boundary)
Penggambaran dari suatu elemen atau unsur mana yang termasuk di dalam sistem dan mana yang di luar sistem.
2.      Ligkungan (environment)
Segala sesuatu di luar sistem, lingkungan yang menyediakan asumsi, kendala, dan input terhadap suatu sistem.
3.      Masukan (input)
Sumber daya (data, bahan baku, peralatan, energy) dari lingkungan yang dikonsumsi dan dimanipulasi oleh suatu sistem.
4.      Keluaran (output)
Sumber daya atau produk (informasi, laporan, dokumen, tampilan layer computer, barang jadi) yang disediakan untuk lingkungan sitem oleh kegiatan dalam suatu sistem.
5.      Komponen (component)
Kegiatan-kegiatan atau proses dalam suatu sistem yang mentransformasikan input menjadi bentuk setengah jadi (output). Komponen ini bisa merupakan subsistem dari sebuah sistem.
6.      Penghubung (interface)
Tempat dimana komponen atau sistem dan lingkungannya bertemu atau berinteraksi.
7.      Penyimpanan (storange)
Area yang dikuasai dan digunakan untuk penyimpanan sementara dan tetap dari informasi, energy, dan bahan baku, dan sebagainya. Penyimpanan merupakan suatu media penyangga diantara komponen tersebut bekerja dengan berbagai tingkatan yang ada dan memungkinkan komponen yang berbeda dari berbagai data yang sama.

B.     Elemen-elemen Sistem
  
Adapun elemen-elemen Sistem adalah sebagai berikut:

1.      Tujuan Sistem
Tujuan sistem merupakan tujuan dari sistem yang dibuat tersebut, tujuan sistem dapat berupa tujuan organisasi, kebutuhan organisasi, permasalahan yang ada dalam suatu organisasi maupun uruta prosedur untuk mencapai tujuan organisasi.
2.      Input
Input merupakan elemen dari sistem yang bertugas untuk menerima seluruh masukan data, dimana masukan tersebut dapat berupa jenis data, frekuensi pemasukan data dan sebagainya.
3.      Proses
Proses merupakan elemen dari sistem yang bertugas untuk mengolah atau memproses seluruh masukan data menjadi suatu informasi yang lebih berguna. Misalnya sistem produksi akan mengolah bahan baku yang berupa bahan mentah menjadi bahan jadi yang siap untuk digunakan.
4.      Output
Output merupakan hasil dari input yang telah diproses oleh bagian pengolah dan merupakan tujuan akhir sistem. Output ini bisa berupa laporan grafik, diagram batang dan sebagainya.
5.      Umpan Balik
Umpan Balik merupakan elemen dalam sistem yang bertugas mengevaluasi bagian dari ouput yang dikeluarkan, dimana elemen ini sangat penting demi kemajuan sebuah sistem. Umpan balik ini dapat berupa perbaikan sistem, pemeliharaan sistem, dan sebagainya. 


C.    Model Sistem Informasi Psikologi
Dewasa ini, tes psikologi mempengaruhi hampir seluruh aspek kehidupan modern. Model sistem informasi psikologi pun dapat diaplikasikan menggunakan komputer, contohnya seperti Sistem informasi psikologi test IST (Intelligenz Struktur Test). Test IST (Intelligenz Struktur Test) adalah merupakan salah satu tes yang digunakan untuk mengukur inteligensi individu., IST (Intelligenz Struktur Test) terdiri dari sembilan subtes yang keseluruhannya berjumlah 176 aitem. Masing-masing subtes memiliki batas waktu yang berbeda-beda dan diadministrasikan dengan menggunakan manual.
Tes ini dipandang sebagai gestalt (menyeluruh), yang terdiri dari bagian- bagian yang saling berhubungan secara makna (struktur). Dimana struktur intelegensi tertentu meggambarkan pola kerja tertentu, sehingga akan cocok untuk profesi atau pekerjaan tertentu. Berdasarkan hal tersebut IST umum digunakan untuk memahami diri dan pengembangan pribadi, merencanakan pendidikan dan karier serta membantu pengambilan keputusan dalam hidup individu. 
Mekanisme control test IST (Intelligenz Struktur Test)  dengan mengatur atau mengarahkan agar sistem dapat berjalan dengan semestinya. Input test IST (Intelligenz Struktur Test) adalah sembilan subtes yang keseluruhannya berjumlah 176 aitem da akan menjadi sebuah data / informasi dari seorang individu. Proses test IST (Intelligenz Struktur Test), data / informasi tersebut akan di olah untuk dijadikan sebuah hasil dari 176 aitem yang ada pada test IST (Intelligenz Struktur Test) . Output test IST (Intelligenz Struktur Test) adalah hasil akhir dari sebuah data /  informasi yang sudah diolah pada proses test dan akan menjadi sebuah skor IST (Intelligenz Struktur Test)  .


Daftar Pustaka
Djahir, Y, Pratita, D. (2014). Sistem informasi manajemen. Yogyakarta: Deepublish

Fatta, H, A. (2007). Analisis dan perancangan sistem informasi. Jakarta : Andi
Offset.


Minggu, 09 Oktober 2016

Pengertian Sistem Informasi Psikologi

A.      Pengertian Sistem
Sistem berasal dari bahasa Latin (systēma) dan bahasa Yunani (sustēma) adalah suatu kesatuan yang terdiri komponen atau elemen yang dihubungkan bersama untuk memudahkan aliran informasi, materi atau energi untuk mencapai suatu tujuan.
Sistem juga merupakan kesatuan bagian-bagian yang saling berhubungan yang berada dalam suatu wilayah serta memiliki item-item penggerak, contoh umum misalnya seperti negara. Negara merupakan suatu kumpulan dari beberapa elemen kesatuan lain seperti provinsi yang saling berhubungan sehingga membentuk suatu negara di mana yang berperan sebagai penggeraknya yaitu rakyat yang berada dinegara tersebut.
     Berikut adalah pengertian Sistem menurut beberapa ahli:
1.    Menurut Pilecki
Sistem adalah sekumpulan objek dengan menghubungkan objek tersebut dengan atributnya atau dengan kata lain, sistem merupakan satu kesatuan yang terdiri atas sejumlah bagian-bagian, atribut dari bagian dan keterhubungan antara bagian dengan atribut.
2.    Menurut Murdick, R. G
Sistem merupakan seperangkat elemen-elemen yang membentuk suatu kumpulan dari berbagai prosedur atau berbagai bagan pengolahan untuk mencari sebuah tujuan bersama dengan cara mengoperasikan data maupun barang untuk menghasilkan suatu informasi, energi maupun barang.
3.    Menurut Mc. Leod
Mc. Leod mendefinisikan sistem sebagai sekelompok elemen-elemen yang terintegrasi dengan maksud yang sama untuk mencapai tujuan. Sumber daya mengalir dari elemen output dan untuk menjamin prosesnya berjalan dengan baik maka dihubungkan dengan mekanisme control.
4.    Menurut Marimin, Hendri, & Haryo
Sistem adalah suatu kesatuan usaha yang terdiri dari bagian-bagian yang berkaitan satu sama lain yang berusaha mencapai suatu tujuan dalam suatu lingkungan kompleks. Pencapaian tujuan ini menyebabkan timbulnya dinamika, perubahan yang terus menerus perlu dikembangkan dan dikendalikan.

Daftar Pustaka
Al Fatta, Hanif. 2007. Analisis dan perancangan system informasi  untuk keunggulan bersaing perusahaan dan organisasi modern. Yogyakarta: C.V Andi offset
Marimin, Tanjung Hendri, & Prabowo Haryo. 2008. Sistem informasi manajemen: sumber daya manusia. Jakarta: Grasindo

B.      Pengertian Informasi
Para konsep memiliki banyak arti dalam konteks yang berbeda Informasi bisa dikatakan sebagai pengetahuan yang didapatkan dari pembelajaran, pengalaman, atau intruksi. Namun, istilah ini memiliki banyak arti bergantung pada konteksnya, dan secara umum berhubungan erat dengan konsep seperti arti, pengetahuan, negentropy, persepsi, stimulus, komunikasi, kebenaran, representasi, dan rangsangan mental.
Informasi adalah pesan (ucapan atau ekspresi) atau kumpulan pesan yang terdiri dari order sekuens dari simbol, atau makna yang dapat ditafsirkan dari pesan atau kumpulan pesan. Informasi dapat direkam atau ditransmisikan. Hal ini dapat dicatat sebagai tanda-tanda, atau sebagai sinyal berdasarkan gelombang.
Berikut pengertian informasi menurut beberapa ahli:
1.    Menurut Abdul Kadir & Mc Fadden dkk
Abdul Kadir & Mc Fadden dkk mendefiniskan informasi sebagai data yang telah diproses sedemikian rupa sehingga mampu meningkatkan pengetahuan seseorang yang menggunakan data tersebut.
2.    Menurut Davis
Informasi adalah data yang telah diolah menjadi sebuah bentuk yang berarti bagi penerimanya dan bermanfaat dalam pengambilan keputusan saat ini atau mendatang.
3.    Menurut Claude E. Shannon & Warren Weaver
Informasi adalah energi yang terpolakan yang mempengaruhi individu dalam mengambil keputusan dari kemungkinan pilihan-pilihan yang ada.
4.      Menurut Wiryanto
Informasi adalah hasil dari proses intelektual seseorang, proses intelektual adalah mengolah/memeroses stimulus, yang masuk ke dalam diri individu melalui panca indera, kemudian diteruskan ke otak/pusat syaraf untuk diolah/diproses dengan pengetahuan, pengalaman, selera, dan iman yang dimiliki seseorang. Seetelah mengalami pemrosesan, stimulus itu dapat dimengerti sebagai informasi. 

Daftar Putaka
Wiryanto. 2008. Pengantar ilmu komunikasi. Jakarta: Grasindo
Al Fatta, Hanif. 2007. Analisis dan perancangan system informasi  untuk keunggulan bersaing perusahaan dan organisasi modern. Yogyakarta: C.V Andi offset


C.      Pengertian Psikologi
Berikut pengertian psikologi menurut beberapa ahli:
1.        Menurut Muhibbin Syah
Psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku terbuka dan tertutup pada manusia baik selaku individu maupun kelompok, dalam hubungannya dengan lingkungan. Tingkah laku terbuka adalah tingkah laku yang bersifat psikomotor yang meliputi perbuatan berbicara, duduk , berjalan dan lain sebgainya, sedangkan tingkah laku tertutup meliputi berfikir, berkeyakinan, berperasaan dan lain sebagainya.
2.    Menurut Crow & Crow
Pschycology is the study of human behavior and human relationship. Psikologi ialah tingkah laku manusia, yakni interaksi manusia dengan dunia sekitarnya, baik berupa manusia lain (human relationship) maupun bukan manusia: hewan, iklim, kebudayaan, dan sebagainya.
3.    Menurut Woodworh & Marquis 
Psikologi ialah ilmu pengetahuan yang mempelajari aktivitas individu sejak di dalam kandungan sampai dengan meninggal dunia di dalam hubungannya dengan alam sekitar.
4.    Menurut Wundt
Psikologi merupakan ilmu tentang kesadaran manusia (the science of human consciousness). Dari batasan ini dapat dikemukakan bahwa dalam psikologi, keadaan jiwa direfleksikan dalam kesadaran manusia. Unsur kesadaran merupakan hal yang dipelajari psikologi.
5.    Menurut Seniati, Yulianto, & Setiadi
Psikologi merupakan ilmu karena semua penjelasan mengenai tingkah laku manusia didasarkan pada pemikiran dan penelitian ilmiah (terutama eksperimentasi dan observasi) mengenai pikiran dan tingkah laku manusia dan hewan. Salah satu yang dapat dikemukakan adalah tentang konsep motivasi. 

Daftar Pustaka
Basuki, Heru. 2008. Psikologi umum. Jakarta: Universitas Gunadarma
Seniati Liche, Aries Yulianto, & Setiadi Bernadette N. 2015. Psikologi Eksperimen. Jakarta: PT Indeks


D.      Pengertian Sistem Informasi Psikologi
Berdasarkan pengertian diatas, sistem informasi psikologi adalah sekumpulan komponen yang terdiri dari elemen-elemen berupa data yang telah di proses melalui panca indera manusia seperti persepsi, representasi dan rangsangan mental yang didapatkan melalui pembelajaran dan pengalaman.
Sistem informasi psikologi bertujuan untuk mendapatkan pemahaman, bagaimana manusia mampu membuat keputusan terhadap informasi yang telah didapatkan dan bagaimana manusia itu sendiri mengaplikasikannya ke dalam hidup.

Contoh Kasus:
            Pada era globalisasi ini, perkembangan di bidang teknologi terus meningkat. Dengan meningkatnya perkembangan teknologi, manusia semakin mudah dalam mencari informasi yang ada dari berbagai belahan dunia. Seperti di bidang psikologi, sistem informasi psikologi semakin canggih, contohnya dalam pengambilan data tes psikologi. Pengerjaan tes psikologi sudah dapat dikerjakan melalui internet. Tidak hanya itu, hasil perhitungan tes tidak hanya dapat dihitung secara manual saja tetapi juga sudah dapat dihitung secara lebih cepat melalui komputer. 

Rabu, 29 Juni 2016

Terapi Kelompok

Pengertian Terapi Kelompok 
 Terapi Kelompok adalah psikoterapi yang dilakukan pada sekelompok klien bersama-samadengan jalan berdiskusi satu sama lain dipimpin oleh seorang terapis atau petugas kesehatan jiwayang terlatih. (Direktorat Kesehatan Jiwa )Terapi kelompok adalah perawatan modalitas untuk lebih dari satu orang yang menyediakan hasil yang terapeutik untuk individu. (Deborah Atai Otong)
Terapi kelompok merupakan suatu psikoterapi yang dilakukan sekelompok pasien bersama-sama dengan jalan berdiskusi satu sama lain yang dipimpin atau diarahkan oleh seorang therapist atau petugas kesehatan jiwa yang telah terlatih (Pedoman Rehabilitasi Pasien Mental Rumah Sakit Jiwa di Indonesia dalam Yosep, 2007).
Terapi kelompok adalah terapi psikologi yang dilakukan secara kelompok untuk memberikan stimulasi bagi pasien dengan gangguan interpersonal (Yosep, 2008). Terapi Kelompok adalah bentuk terapi yang melibatkan satu kelompok dari pertemuan yangtelah direncanakan oleh seorang terapis yang ahli untuk memfokuskan pada satu atau lebih dalam hal:

1.      Kesadaran dan pengertian diri sendiri.
2.      Memperbaiki hubungan interpersonal.
3.      Perubahan tingkah laku.Terapi Kelompok adalah proses keperawatan teurapeutik yang dilakukan dalam kelompok. (Judih Haber)

Jadi dapat disimpulkan bahwa Terapi kelompok merupakan metoda pekerjaan sosial yangmenggunakan kelompok sebagai media proses pertolongan profesional. Maksudnya ialahin dividu-individu yang mengalami masalah sejenis disatukan dalam kelompok penyembuhan dankemudian dilakukan terapi dengan dibimbing atau didampingi oleh seorang atau satu tim petugas kesehatan.

Tujuan Terapi Kelompok 
 Tujuan Umum :
-          Meningkatkan kemampuan uji realitas
-          Membentuk sosialisasi
-          Meningkatkan fungsi psikologis : meningkatkan kesadaran tentang hubungan antara reaksi emosional dengan perilaku defensive
-          Membangkitkan motivasi bagi kemampuan fungsi kognitif dan afektif 
Tujuan Khusus :
-          Meningkatkan identitas diri
-          Menyalurkan emosi
-          Keterampilan hubungan social
Tujuan Rehabilitatif :
-          Meningkatkan kemampuan hidup mandiri
-          Soialisasi di tengah masyarakat
-          Empati
-          Meningkatkan pengetahuan problema hidup dan penyelesaian.

Tahapan dalam Terapi Kelompok

Kelompok sama dengan individu, mempunyai kapasitas untuk tumbuh dan berkembang. Kelompok akan berkembang melalui empat fase, yaitu: Fase prakelompok; fase awal kelompok; fase kerja kelompok; fase terminasi kelompok (Stuart & Laraia, 2001 dalam Cyber Nurse, 2009).

1.      Fase Prakelompok
Dimulai dengan membuat tujuan, menentukan leader, jumlah anggota, kriteria anggota, tempat dan waktu kegiatan, media yang digunakan. Menurut Dr. Wartono (1976) dalam Yosep (2007), jumlah anggota kelompok yang ideal dengan cara verbalisasi biasanya 7-8 orang. Sedangkan jumlah minimum 4 dan maksimum 10. Kriteria anggota yang memenuhi syarat untuk mengikuti TAK adalah : sudah punya diagnosa yang jelas, tidak terlalu gelisah, tidak agresif, waham tidak terlalu berat (Yosep, 2007).
2.      Fase Awal Kelompok
Fase ini ditandai dengan ansietas karena masuknya kelompok baru, dan peran baru. Yalom (1995) dalam Stuart dan Laraia (2001) membagi fase ini menjadi tiga fase, yaitu orientasi, konflik, dan kohesif. Sementara Tukman (1965) dalam Stuart dan Laraia (2001) juga membaginya dalam tiga fase, yaitu forming, storming, dan norming.
a)      Tahap orientasi Anggota mulai mencoba mengembangkan sistem sosial masing-masing, leader menunjukkan rencana terapi dan menyepakati kontrak dengan anggota.
b)      Tahap konflik Merupakan masa sulit dalam proses kelompok. Pemimpin perlu memfasilitasi ungkapan perasaan, baik positif maupun negatif dan membantu kelompok mengenali penyebab konflik. Serta mencegah perilaku perilaku yang tidak produktif (Purwaningsih & Karlina, 2009).
c)      Tahap kohesif Anggota kelompok merasa bebas membuka diri tentang informasi dan lebih intim satu sama lain (Keliat, 2004).
3.      Fase Kerja Kelompok
Pada fase ini, kelompok sudah menjadi tim. Kelompok menjadi stabil dan realistis (Keliat, 2004). Pada akhir fase ini, anggota kelompok menyadari produktivitas dan kemampuan yang bertambah disertai percaya diri dan kemandirian (Yosep, 2007).
4.      Fase Terminasi
Terminasi yang sukses ditandai oleh perasaan puas dan pengalaman kelompok akan digunakan secara individual pada kehidupan sehari-hari. Terminasi dapat bersifat sementara (temporal) atau akhir (Keliat, 2004).

Daftar Pustaka

Family Therapy (Terapi Keluarga)

Pengertian dan Konsep Family Therapy (Terapi Keluarga)
Terapi keluarga adalah model terapi yang bertujuan mengubah pola interaksi keluarga sehingga bisa membenahi masalah-masalah dalam keluarga (Gurman, Kniskern & Pinsof, 1986). Terapi keluarga muncul dari observasi bahwa masalah-masalah yang ada pada terapi individual mempunyai konsekwensi dan konteks social. Contohnya, klien yang menunjukkan peningkatan selama menjalani terapi individual, bisa terganggu lagi setelah kembali pada keluarganya. Menurut teori awal dari psikopatologi, lingkungan keluarga dan interksi orangtua- anak adalah penyebab dari perilaku maladaptive (Bateson et al,1956, Lidz&Lidz, 1949, Sullivan, 1953).
Penelitian mengenai terapi keluarga dimulai pada tahun 1950-an olehseorang Antropologis bernama Gregory Bateson yang meneliti tentang pola komunikasi pada keluarga pasien skizofrenia di Palo Alto, California. Penelitian ini menghasilkan  2  konsep  mengenai  terapi  dan  patologi  keluarga, yaitu :

1.      The Double Bind (Ikatan Ganda)
Dalam terapi keluarga, munculnya gangguan terjadi saat salah satu anggota membaik tetapi anggota keluarga lain menghalang-halangi agar keadaan tetap stabil

2.      Family Homeostasis (Kestabikan Keluarga)
Bagaimana keluarga menjaga kestabilannya ketika terancam.
Oleh karena itu, untuk meningkatkan fungsi anggota keluarga maka system dalam keluarga musti dipengaruhi dengan melibatkan seluruh anggota keluarga bukan individual/perorangan.

Adanya gangguan dalam pola komunikasi keluarga adalah inti dari double bind . Ini terjadi bila korban menerima pesan yang berlawanan/bertentangan yang membuat sulit bertindak konsisten dan memuaskan. Anak diberitahukan bahwa ia harus asertif dan membela haknya namun diwaktu yang sama diadiharuskan menghormati orangtuanya, tidak menentang kehendaknya, dan tidak pernah menanyakan/menuntut kebutuhan mereka. Apa yang dikatakan berbedadengan yang dilakukan. Keadaan ini selalu ditutupi dan disembunyikan, sehingga si „korban tidak pernah menemukan sumber dari kebingungannya. Jika komunikasi ini (double bind communication)
terjadi berulang kali, akan mendorong perilaku skizoprenik.

Kemudian timbul kontrovesi mengenai teori double bind  ini, khususnya dengan faktor gentik dan sosiologi yang menyebabkan terjadinya skizofrenia. Hal ini kemudian melahirkan penelitian untuk pengembangan terapi keluarga.

Teori keluarga memiliki pandangan bahwa keluarga adalah fokus unit utama. Keluarga inti secara tradisional dipandang sebagai sekelompok orang yang dihubungkan oleh ikatan darah dan ikatan hukum. Fungsi keluarga adalah sebagaitempat saling bertukar antara anggota keluarga untuk memenuhi kebutuhan fisik dan emosional setiap individu. Untuk menjaga struktur mereka, sistem keluarga memiliki aturan, prinsip-prinsip yang memungkinkan mereka untuk melakukan tugas-tugas hidup sehari-hari. Beberapa peraturan yang dinegosiasikan secara terbuka dan terang-terangan, sedangkan yang lain terucap dan rahasia. Keluarga sehat memiliki aturan yang konsisten, jelas, dan ditegakkan dari waktu ke waktu tetapi dapat disesuaikan dengan perubahan perkembangan kebutuhan keluarga.Setiap anggota keluarga memiliki peranan yang jelas terkait dengan posisi sosial mereka.

Terapi keluarga sering dimulai dengan fokus pada satu anggota keluargayang mempunyai masalah. Khususnya, klien yang diidentifikasi adalah remaja laki-laki yang sulit diatur oleh orang tuanya atau gadis remaja yang mempunyaimasalah makan. Sesegara mungkin, terapis akan berusaha untuk mengidentifikasimasalah keluarga atau komunikasi keluarga yang salah, untuk mendorong semuaanggota keluarga mengintrospeksi diri menyangkut masalah yang muncul. Tujuan umum terapi keluarga adalah meningkatkan komunikasi karena keluargabermasalah sering percaya pada pemahaman tentang arti penting dari komunikasi(Patterson, 1982).

Terapi keluarga mengajarkan penyelesaian tanpa paksaan, mengajarkan orang tua untuk menetapkan kedisiplinan pada anak-anak mereka, mendorong tiap anggota keluarga untuk berkomunikasi secara jelas satu sama lain, mendidik anggota keluarga dalam prinsip perubahan perilaku, tidak menekankan kesalahanpada satu anggota akan tetapi membantu anggota keluarga apakah harapan terhadap  anggota yang lain masuk akal.

Pendekatan berpengaruh yang lain disebut strategi atau terapi keluargaterstruktur (Minuchin, 1974; Satir, 1967). Disini, terapis berusaha menemukan problem utama dari masalah klien dalam konteks keluarga, bukan sebagai masalah individual. Tujuannya adalah untuk mengurangi sikap menyalahkan yang mengarah pada satu orang.Contohnya, terapis menyampaikan bahwa perilaku menentang dan agresif dari remaja mungkin adalah tanda dari ketidakamanan remaja atau alasan untuk mendapatkan perhatian yang lebih dari ayahnya. Pada banyak keluarga yang mengalami stress, pesan emosional begitu tersembunyi sehingga anggota keluarga lebih sering berbicara tanpa berbuat. Mereka sering mengasumsikan bahwa mereka dapat “saling membaca pikiran masing-masing”.

Saat ini, terapi keluarga terstruktur telah disesuaikan untuk membawa faktor budaya yang mungkin berpengaruh pada terapi keluarga dari kelompok etnis tertentu. Untuk membawa keluarga ke terapi, membuat mereka tetapkembali, harus ada perjanjian keluarga yang disusun untuk menghindari hal-hal berikut:

1.      Penolakan anak untuk mengikuti terapi,
2.      Sikap ambivalen ibu dalam memasukkan keluarganya ke dalam terapi
3.              Penolakan keberadaan seorang ayah dalam keluarga, dan anggota keluarga tetap berusaha menjaga rahasia keluarga dari orang asing.

Terapi keluarga biasanya diberikan saat pasien sudah dewasa sebagai hasildari keluarga yang patologis. Terapi individual mungkin tidak berguna karena kondisi keluarga yang tidak mendukung.

Kondisi keluarga itu bisa mengganggu kepribadian dan tingkah laku pasien. Namun jika memungkinkan, tritmen bagi penderita skizofrenia atau borderine yang masih awal dengan  memanfaatkan seluruh anggota yang ada  mungkin bisa berguna. Terapi dimulai dengan fokus pada masalah yang dialami
pasien dalam keluarga dan kemudian anggota keluarga menyampaikan/memberikan kontribusi masing-masing. Terapis bertugas untuk mendorong seluruh anggota keluarga untuk mau terasa terlibat dalam masalah yang ada bersama-sama.Terapis keluarga biasa dibutuhkan ketika:

1.      Krisis keluarga yang mempengaruhi seluruh anggota keluarga
2.      Ketidak harmonisan seksual atau perkawinan
3.      Konflik keluarga dalam hal norma atau keturunan

Tujuan Family Therapy
Secara umum, tujuan family conseling/therapy adalah :
1.      Membantu anggota keluarga untuk belajar dan secara emosional menghargai bahwa dinamika kelurga saling bertautan di antara anggota keluarga.
2.      Membantu anggota keluarga agar sadar akan kenyataan bila anggota keluarga mengalami problem, maka ini mungkin merupakan dampak dari satu atau lebih persepsi, harapan, dan interaksi dari anggota keluarga lainnya.
3.      Bertindak terus menerus dalam konseling/terapi sampai dengan keseimbangan homeostasis dapat tercapai, yang akan menumbuhkan dan meningkatkan keutuhan keluarga.
4.      Mengembangkan apresiasi keluarga terhadap dampak relasi parental terhadap anggota keluarga (Perez, 1979).
Secara khusus, family conseling/therapy bertujuan untuk :
1.      Membuat semua anggota keluarga dapat mentoleransikan cara atau perilaku yang unik (idiosyncratic) dari setiap anggota keluarga.
2.      Menambah toleransi setiap anggota keluarga terhadap frustrasi, ketika terjadi konflik dan kekecewaan, baik yang dialami bersama keluarga atau tidak bersama keluarga.
3.      Meningkatkan motivasi setiap anggota keluarga agar mendukung, membesarkan hati, dan mengembangkan anggota lainnya.
4.      Membantu mencapai persepsi parental yang realistis dan sesuai dengan persepsi anggota keluarga (Perez, 1979).
Beberapa pendekatan baru dalam konseling keluarga:
-          Multiple family therapy; merupakan grup terapi dengan secara rutin keluarga menjalani konseling dengan saling menceritakan problem dan saling membantu dalam penyelesaiannya.
-          Multiple impact therapy; penanganan seluruh keluarga oleh konselor komunitas yang multi disipliner selama waktu yang singkat (2 hari)
-          Network therapy; merupakan grup terapi, dimana sejumlah orang dimobilisasi dalam satu kelompok krisis yang bersifat teraputik. Ranah konseling perkawinan kadang-kadang digabung dalam model-model konseling keluarga, tapi sejak 1970-an lebih sering dipisahkan.
Terdapat 5 macam pendekatan dalam konseling keluarga/perkawinan :
-          Psikoanalitik
-          Sosial kognitif
-          Sistem-sistem keluarga Bowen
-          Strategi struktural
-          REBT ( Rasional Emotive Behavioral Therapy )
Pendekatan-pendekatan konseling keluarga lebih luas, tapi yang paling dominan adalah :
-          Psikodinamika.
-          Experiential.
-          Behavioral.
-          Struktural.
-          Solution Focused.
-          Narrative.
Pelaksanaan konseling perkawinan dan keluarga harus selalu dalam kerangka berpikir yang berbasis teoritis dan mengingat bahwa anggota-anggota dalam perkawinan dan keluarga adalah dalam lingkungan hidup individu dan keluarga. Konselor juga harus menggunakan teori-teori individual atau kelompok dengan saling melengkapi atau mengurangi.

Peran Interversi pada Konseling Keluarga
1.      Sebagai penilai mengenai; masalah, sasaran intervensi, kekuatan dan strategi keluarga, kepercayaan dan etnik keluarga. Eksplorasi pada: reaksi emosi keluarga terhadap trauma dan transisi, komposisi, kekuatan dan kelemahan, informasi yang dimiliki, kebutuhan-kebutuhan keluarga, kesiapan untuk intervensi dan dirujuk pada ahli lain.
2.      Pendidik/pemberi informasi agar keluarga siap beradaptasi terhadap perubahan-perubahan
3.      Pengembang sistem support, mengajarkan support dan selalu siap dihubungi.
4.      Pemberi tantangan
5.      pemberi fasilitas prevensi (pencegahan) dengan mempersiapkan keluarga dalam menghadapi stress.

Proses Konseling
1.      Melibatkan keluarga, pertemuan dilakukan di rumah, sehingga konselor mendapat informasi nyata tentang kehidupan keluarga dan dapat merancang strategi yang cocok untuk membantu pemecahan problem keluarga.
2.      penilaian Problem/masalah yang mencakup pemahaman tentang kebutuhan, harapan, kekuatan keluarga dan riwayatnya.
3.      Strategi-strategi khusus untuk pemberian bantuan dengan menentukan macam intervensi yang sesuai dengan tujuan.

4.      Follow up, dengan memberi kesempatan pada keluarga untuk tetap berhubungan dengan konselor secara periodik untuk melihat perkembangan keluarga dan memberikan support.

Daftar Pustaka