A.
Latar
Belakang Person Centered Therapy
Carl
Ransom Rogers (1902-1987) pada awal tahun 1940 (Corey 1986:100; Corey 1995:
291-294) pada awal tahun 1940 mengembangkan teori yang disebut non-directive
counseling (konseling non-direktif) sebagai reaksi atas pendekatan yang
direktif dan pendekatan psikoanalitik. Teorinya adalah sebagai reaksi atas
pendekatan yang direktif dan pendekatan psikoanalitik.
Rogers
menentang asumsi dasar bahwa “konselor tahu apa yang terbaik“. Dia juga
menentang kesahihan dari prosedur terapeutik yang telah secara umum bisa
diterima seperti nasehat, saran, himbauan, pemberian pengajaran, diagnosis, dan
tafsiran. Didasarkan pada keyakinannya bahwa konsep dan prosedur diagnostik
kurang memadai, berprasangka, dan sering kali disalahgunakan, maka
pendekatannya tidak dengan menggunakan cara tersebut. Konselor non-direktif
menghindar dari usaha untuk melibatkan dirinya dengan urusan klien, dan sebagai
gantinya mereka memfokuskan terutama pada merefleksi dan komunikasi verbal dan
non-verbal dari klien. Asumsi dasarnya adalah bahwa orang itu secara esensial
bisa dipercaya, memiliki potensi yang besar untuk memahami dirinya dan
menyelesaikan masalah mereka tanpa intervensi langsung dari pihak terapis, dan
bahwa mereka ada kemampuan untuk tumbuh sesuai dengan arahan mereka sendiri
apabila mereka terlibat dalam hubungan terapeutik. Sejak semula ia menekankan
kepada sikap dan karakteristik pribadi terapis dan kualitas hubungan klien
sebagai penentu utama dalam prosedur terapeutik. Secara konsisten ia
mengarahkan kepada posisi yang sekunder seperti pengetahuan terapis tentang
teori dan teknik. Non-directive counseling tersebut oleh Rogers didasarkan pada
konsep psikologi humanistik yang juga dapat diklasifikasikan sebagai cabang
perspektif eksistensialis.
Rogers
(dalam Corey 1988) memandang manusia sebagai individu yang tersosialisasi dan
bergerak ke depan, berjuang untuk berfungsi sepenuhnya, serta memiliki kebaikan
yang positif. Dengan asumsi tersebut pada dasarnya manusia dapat dipercayai,
kooperatif dan konstruktif, tidak perlu ada pengendalian terhadap dorongandorongan
agresifnya. Implikasi dari pandangan filosofis seperti ini, Rogers menganggap
bahwa individu memiliki kesanggupan yang inheren untuk menjauhi maladjustment
menuju ke kondisi psikologis yang sehat, konselor meletakkan tanggung jawab
utamanya dalam proses terapi kepada klien. Oleh karena itu konseling
client-centered berakar pada kesanggupan klien untuk sadar dan membuat
keputusan-keputusan, sebab klien merupakan orang yang paling tahu tentang
dirinya, dan pantas menemukan tingkah laku yang pantas bagi dirinya.
B. Tujuan Person Centered Therapy
Person
Centered Therapy bertujuan untuk membina kepribadian klien secara integral,
berdiri sendiri, dan mempunyai kemampuan untuk memecahkan masalah sendiri.
Kepribadian
yang integral adalah struktur kepribadiannya tidak terpecah, artinya sesuai
antara gambaran tenteng diri yang ideal (ideal-self) dan dengan kenyataan diri
sebenarnya (actual-self). Kepribadian yang berdiri sendiri adalah yang mampu
menentukan pilihan sendiri atas dasar tanggung jawab dan kemampuan. Tidak
tergantung pada orang lain. Sebelum menentukan pilihan tentu individu harus
memahami dirinya, dan menerima keadaan dirinya.
C. Karakteristik Person Centered
Therapy
1)
Karakteristik
Konseling
Wawancara (Interview)
merupakan alat utama dalam konseling untuk menumbuhkan hubungan timbal balik.
Secara umum konseling person centered mempunyai karakteristik sebagai berikut :
·
Fokus utama adalah kemampuan individu
dalam memecahkan masalah buka terpecahkan masalah.
·
Lebih mengutamakan sasaran perasaan
daripada intelek.
·
Masa kini lebih banyak diperhatikan
daripada masa lalu.
·
Pertumbuhan emosional terjadi dalam
hubungan konseling.
·
Proses terapi merupakan penyerasian
antara gambar diri klien dengan keadaan dan pengalaman diri sesungguhnya.
·
Hubungan antara klien dan konselor
merupakan situasi pengalaman teurapeutik yang berkembang menuju kepada
kepribadian klien yang integral dan mandiri.
·
Klien memegang peranan aktif dalam
konseling sedangkan konselor bersifat pasif reflektif.
2)
Karakteristik
konselor
Konselor yang efektif
dalam konseling person centered adalah seseorang yang dapat mengembangkan sikap
dalam organisasi pribadinya dan dapat menerapkan secara konsisten dengan teknik
konseling yang digunakan. Karakteristik konselor yang efektif adalah :
·
Berupaya untuk memahami apa yang
dikatakan klien dalam kaitan isi dan perasaan dan kemudian mengkomunikasikan
pemahaman ini kepada klien.
·
Menafsirkan apa yang telah dikatakan
klien dengan menawarkan sintesis perasan yang telah dikemukakan.
·
Menerima apa yang telah dikatakan klien
dengan impilikasi bahwa apa yang telah dikatakan itu telah dipahami.
·
Setelah masalah jelas dapat menerapkan
hubungan teurapeutik, situasi yang diharapkan, dan batas hubungan konselor
klien.
·
Berusaha menampilkan gesture dalam
hubungan dengan klien
·
Menjawab pertanyaan dan memberi
informasi.
·
Secara aktif berpartisipasi dalam
situasi terapik.
3)
Teori
Kepribadian Dalam Konseling Berpusat Pada Person
Menurut Rogers cara
mengubah dan perhatian terhadap proses perubahan kepribadian jauh lebih penting
daripada karakteristik kepribadian itu sendiri. Baginya focus dalam masa
sekarang itu lebih baik daripada mengingat kembali lagi pada masa lampau,
karena bagi Rogers kejadian masa lampau akan sangat mempengaruhi kepribadian.
Selain itu Rogres
memiliki pandangan-pandangan khusus mengenai kepribadian, yang sekaligus
menjadi dasar dalam menerapkan asumsiasumsi terhadap proses konseling. Menurut
Rogres terdapat tiga unsur yang sangat esensial dalam hubungan dengan
kepribadian, yaitu, self, medan fenomenal,dan organisme.
Rogers membagi
Kepribadian menjadi dua bagian, yaitu :
·
Karakteristik Pribadi Sehat Pribadi yang
sehat menurut konseling berpusat pada person (Person Centered) adalah :
1. Kapasitas
untuk memberikan toleransi pada apapun dan siapapun.
2. Menerima
dengan senang hati hadirnya ketidakpastian dalam hidup.
3. Mau
menerima diri sendiri dan orang lain.
4. Spontanitas
dan Kreatif.
5. Kebutuhan
untuk tidak dicampuri orang lain dan menyendiri (privacy).
6. Otonomi;
kapasitas untuk menjalin hubungan antar pribad yang mendalam dan akrab.
7. Mempunyai
kepedulian yang tulus pada orang lain.
8. Mempunyai
rasa humor.
9. Terarah
dalam diri sendiri.
10. Mempunyai
sikap terbuka dalam hidup.
·
Karakteristik Pribadi yang Tidak sehat
Karakteristik Pribadi yang Menyimpang
menurut Person Centered adalah:
1. Adanya
ketidaksesuaian antara persepsi diri dan pengalamannya yang riil.
2. Adanya
ketidaksesuaian antara bagaimana dia melihat dirinya (self concept) dan
kenyataan atau kemampuannya.
·
Self
Carl Rogers
mendeskripsikan the self sebagai sebuah konstruk yang menunjukan bagaimana
setiap individu melihat dirinya sendiri. Konsep pokok dari teori kepribadian
Rogers adalah self, sehingga dapat dikatakan self merupakan satu-satunya sruktur
kepribadian yang sebenarnya.
Self ini dibagi 2 yaitu
: Real Self dan Ideal Self. Real Self adalah keadaan diri individu saat ini,
sementara Ideal Self adalah keadaan diri individu yang ingin dilihat oleh
individu itu sendiri atau apa yang ingin dicapai oleh individu tersebut. Perhatian
Rogers yang utama adalah bagaimana organisme dan self dapat dibuat lebih
kongruen.
Self atau konsep self
adalah konsep menyeluruh yang ajeg dan terorganisir tersusun dari persepsi
ciri-ciri tentang “I” atau “me” (aku sebagai subyek atau aku sebagai obyek) dan
persepsi hubungan “I” atau “me” dengan orang lain dan berbagai aspek kehidupan,
berikut nilai-nilai yang terlibat dalam persepsi itu. Konsep self menggambarkan
konsepsi orang tentang dirinya sendiri, ciri-ciri yang dianggapnya menjadi
bagian dari dirinya. Konsep self juga menggambarkan pandangan diri dalam
kaitannya dengan berbagai perannya dalam kehidupan dan dalam kaitannya dengan
hubungan interpersonal.6
Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa konsep diri ( self concept ) adalah merupakan gambaran sesorang
tentang dirinya sendiri. Gambaran yang lengkap tentang dirinya meliputi
berbagai kemampuan, kelebihan sifat-sifat dan bagaimana hubungan dirinya dengan
lingkungannya sehingga ia sadar dan mengenal akan dirinya sendiri.
·
Medan Fenomenal
Medan fenomenal
(fenomenal field) merupakan keseluruhan pengalaman seseorang yang pernah
dialaminya, baik yang disadari maupun yang tidak disadari, tergantung dari
pengalaman-pengalaman tersebut dilambangkan atau tidak. Pengalaman terdiri atas
peristiwaperstiwa yang diperoleh dari pengamatan dan dari apa yang pernah
dilakukan oleh individu tersebut. Pengalaman ada yang bersifat internal yaitu
persepsi mengenai dirinya sendiri dan pengalaman yang bersifat eksternal yaitu
persepsi mengenai dunia luarnya.
Pengalaman-pengalaman
yang terjadi antara individu yang satu dengan yang lain berbeda-beda yang
akhirnya dapat membentuk self konsep diri, sehingga medan fenomenal hanya dapat
diketahui oleh subyek yang mengalaminya sendiri sedangkan orang lain hanya
dapat mengetahui pengalaman seseorang melalui kesimpulan atas dasar empatik
{emphatic inference}. Pemahaman secara emptik sangat berguna dalam memahami
medan fenomenal ini.
·
Organisme
Organisme merupakan
keseluruhan totalitas individu yang meliputi pemikiran, perilaku, dan keadaan
fisik. Organisme mempunyai satu kecenderungan dan dorongan dasar yaitu
mengaktualisasikan, mempertahankan dan mengembangkan diri. Organisme mungkin
melambangkan pengalamannya sehingga hal itu disadari, atau mungkin juga
organisme itu tidak memperdulikan pengalaman-pengalamannya.
Jadi, kepribadian
menurut Rogers merupakan hasil dari interaksi yang terus menerus antara
organisme, medan fenomenal dan self. Agar lebih memahami perkembangan
kepribadian, Rogers mengemukakan secara gamblang tentang tiga dinamika kepribadian,
yaitu sebagai berikut:
1.
Kecenderungan mengaktualisasi
Rogers beranggapan
bahwa organisme manusia adalah unik dan memiliki kemampuan untuk mengarahkann
mengatur, mengontrol dirinya dan mengembangkan potensinya. Kecenderungan
mengaktualisasikan ini sifatnya terarah, konstruktif dan ada dalam
kehidupannya. Kecenderungan mengaktualisasi sebagai daya dorong ( motive force
) individu, yang bersifat inherent, karena sudah dimiliki sejak dilahirkan, hal
ini ditunjukan dengan kemampuan bayi untuk memberikn penilaian apa yang terasa
baik (actualizing) dan yang terasa tidak baik (nonactualizing) terhadap
peristiwa yang diterimanya.
Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa aktualisasi diri merupakan proses menjadi diri sendiri dan
mengembangkan sifat-sifat dan potensi-potensi psikologi yang unik. Aktualisasi
diri akan dibantu atau dihalangi oleh pengalaman dan oleh belajarnya, khususnya
dalam masa kanak-kanak dan aktualisasi diri akan berubah sejalan dengan
perkembang hidup seseorang.
2.
Penghargaan positif dari orang lain
Self berkembang dari
interaksi yang dilakukan organisme dengan realitas lingkungannya, dan hasil
interaksi ini menjadi pengalaman bagi ndividu. Lingkngan sosial yang sangat
berpengaruh adalah orang – orang yang bermakna baginya, seperti orang tua atau
terdekat lainnya. Seseorang akan berkembang positif, apabila di dalam
berinteraksi itu mendapatkan penghargaan, penerimaan, dan cinta dari orang lain
(positive regard). Tentunya penghargaan positif yang diberikan kepada individu
tidak diberikan dengan cara memaksa atau bersyarat karena pemberian penghargaan
yang bersyarat akan menghambat pertumbuhannya.
Jadi, setiap manusia
memiliki kebutuhan dasar akan penghargaan, kehangatan, penerimaan, dan cinta
dari orang lain. Kebutuhan ini dapat dikatakan sebagai “need for positive
regard” tanpa sysrat atau tidak dengan cara memaksa sehingga individu dapat
menerima dirinya sendiri dengan penuh kepercayaan.
3.
Person (individu) yang berfungsi secara
utuh
Individu yang terpenuhi
kebutuhannya yaitu individu memperoleh penghargaan positif tanpa syarat dan
mampu menerima dirinya sendiri. Hal tersebut akan dapat mencapai kondisi yang
kogruens i antara self dan pengalamannya, yang pada akhirnya individu akan
dapat mencapai penyesuaian psikologi secara baik dan menjadi pribad i yang
berfungsi secara sempurna {the fully functioning self}. Yang ditandai dengan
keterbukaan terhadap pengalaman, percaya pada diri sendiri, dan dapat
mengekspresikan perasaan-perasaan secara bebas, serta bertindak secara mandiri
dan kreatif.
Daftar Pustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar