A.
Definisi
Psikologi Komunikasi
Komunikasi adalah peristiwa sosial –
peritiwa yang terjadi ketika manusia berinteraksi dengan manusia yang lain.
Pendekatan psikologi sosial adalah juga pendekatan psikologi komunikasi.
Psikologi komunikasi juga melihat bagaimana respons yang terjadi pada masa lalu
dapat meramalkan respons yang akan dating. Kita harus mengetahui sejarah
respons sebelum meramalkan respons individu masa ini. Dari sinilah timbul
perhatian pada gudang memori (memory stronge) dan set (penghubung masa lalu dan masa sekarang). Salah satu unsur
sejarah respons ialah peneguhan. Peneguhan
adalah respons lingkungan (atau orang lain pada respons organisme yang asli). Bergera
dan Lambert menyebutnya feedback (umpan
balik). Fisher (1978) tetap menyebutnya peneguhan saja. George A. Miller (1974) membantu kita membuat
definisi psikologi yang mencakup semuanya: psychology
is the science that attempts to describe, predict, and control mental and
behavioral event. Dengan demikian, psikologi komunikasi adalah ilmu yang
berusaha menguraikan, meramalkan, dan mengendalikan peristiwa mental dan
behavioral dalam komunikasi. Peristiwa mental adalah – apa yang disebut Fisher
– “internal mediation of stimuli”, sebagai akibat berlangsungnya komunikasi
peristiwa behavioral adalah apa yang Nampak ketika orang berkomunikasi.
B.
Proses
Komunikasi
Kata komunikasi sendiri dipergunakan
sebagai proses, sebagai pesan, sebagai pengaruh, atau secara khusus sebagai
pasien-pasien dalam psikoterapi. Jadi psikologi menyebut komunikasi pada
penyampaian energy dari alat-alat indera ke otak, pada peristiwa penerimaan dan
pengolahan informasi, pada proses saling pengaruh dintara berbagai system dalam
diri organisme dan diantara organisme. Ketika anda membaca buku ini, retina
mata anda yang terdiri dari 12 juta sel saraf lebih, beraksi pada cahaya dab
menyampaikan pesan pada cabang-cabang saraf yang menyambungkan mata dengan
saraf optic. Saraf optic menghubungkan implus-implus saraf itu ke otak. Sepuluh
sampai 14 juta sel saraf pada otak anda, disebut neuron, dirangsang oleh impuls-impuls yang dating. Terjadilah
proses persepsi yang menakjubkan. Bagian luar neuron, dendrit adalah penerima
informasu. Soma mengolah informasi
dan menggabungkannya. Axon adalah kabel miniature yang menyampaikan infomasi
dari alat indera ke otak, otak ke otot, atau dari neuron yang satu kepada yang
lain. Di ujung axon terdapatlah serangkaian knop (terminal knobs) yang
melanjutkan informasi itu. Psikolog menyebut proses ini komunikasi. Prosesnya
memang tidak berbeda dengan system telekomunikasi dengan terminal-terminal
relay dan dilengkapi dengan computer.
C.
Dimensi
Komunikasi
Kadang-kadang ada keuntungannya untuk
menyampaikan pertanyaan yang bodoh. Hal itu dapat membantu membuang kulit yang
menyelubungi suatu ide sehingga kita dapat melihatnya secara objektif.
Misalnya kita bertanya secara bodoh.
Hal-hal apa yang dapat terjadi ketika A berbicara dengan B? Apa yang akan
terlipu dalam pembicaraan di antara dua orang?. Mereka mungkin membicarakan
tentang permainan ataupun masalah seks. Apabila kita bersuara di dalam suatu
percakapan, biasanya isinya pertama-tama adalah mengenai diri kita. Memang, isi
dari komunikasi adalah merupakan hal yang dipikirkan oleh para ahli psikologi
dan ahli bisnis ketika mereka memikirkan tentang hubungan antar-manusia. Kita
juga dapat melihat adanya pembagian golongan dalam hal isi. Kita dapat
membeda-bedakan kategori dari jenis isi, misalnya apakah hal itu merupakan
fakta atau merupakan perasaan.
Ketika A berbicara dengan B, terjadilah
hal-hal lain, yang sangat terlepas dari hal yang dibicarakan. Ada percakapan
yang terjadi dengan bising (noise), sedangkan yang lainnya relative tanpa
bising. Di dalam konteks ini “bising” berarti hal-hal yang mengganggu
pengiriman. Kita dapat menjumpai suara saluran seperti gangguan udara pada
kawat telepon menyebabkan B sukar untuk mendengar apa yang dikatatakan oleh A.
kita juga perlu memikirkan tentang adanya suara-suara psikologis, seperti
misalnya pikiran B tentang hal-hal lain, sehingga sekali lagi adalah sukar B
untuk mendengar apa yang dikatakan oleh A. bahasa dan suara kode mungkin
menybabkan kesukaran bagi B untuk mendengarkannya: ia tidak memahami kata-kata
yang dipergunakan oleh A di dalam cara sebagaimana A memahaminya.
Semua macam kebisingan dapat terjadi
terlepas dari masalah isi. Kita dapat menemukan komunikasi yang bising atau
tanpa bising dari setiap jenis isi. Biasanya kita juga dapat mengamati bahwa A,
bila terjadi bising, kemungkinan besar berkomunikasi secara berlebih-lebihan –
untuk mengulangi pesannya harapan bahwa B dapat mendengarkannya dengan lebih
baik pada saat yang kedua kalinya atau untuk mengatakan hal yang sama dengan
cara yang berbeda. Berlebih-lebihan adalah salah satusenjata umum yang paling
banyak dipergunakan untuk melawan bising. Selama adanya isinh, berlebih-lebihan
adalah membantu meneruskan isi, dan ini merupakan hal yang “tidak efesien”.
Di samping dimensi-dimensi isi dan
bising dari percakapan A dengan B, dimensi yang ketiga adalah jaringan
komunikasi. Biasanya kita berfikir bahwa percakapan antara A dengan B adalah
langsung. Tetapi banyak percakapan semacam itu, terutama di dalam organisasi,
ditengahi oleh orang lain. Suatu hal yang dianggap harus dinyatakan oleh bagan
organisasi, ditengahi oleh orang lain. Suatu hal yang dianggap harus dinyatakan
oleh bagan organisasi kepada kita ialah bahwa A dapat berbicara dengan B hanya
dengan melalui C atau D. sturuktur jaringan yang dipergunakan oleh suatu
organisasi dapat sangat bermanfaat bagi kecepatan dan ketepatan komunikasi
antar anggotanya satu sama lain.
Satu
dimensi lagi dari proses tersebut penting untuk diketahui. Terutama karena hal
itu telah sangat sukar untuk dikuasai di dalam kepustakaan mengenai
kepemimpinan. Hal itu ialah arah komunikasi – satu arah atau dua arah.
Lagi-lagi ini adalah merupakan dimensi yang bebas. Apa pun yang mungkin
dikatakan oleh A dan B. sejauh manapun gangguan suara ikut terlibat, bagaimana
pun jaringannya. A mungkin berbicara dengan B dengan cara ini: A àB;
atau cara ini: A ßà B; A dapat
berbicara dan B hanya dapat mendengarkan, yaitu komunikasi satu-arah; atau A
mendengarkan dan B yang berbicara.
D. Komunikasi Satu-arah dan Komunikasi
Dua-arah adalah Motede yang Berbeda
Apabila seseorang berpindah dari metode
satu-arah kepada komunikasi dua-arah, terjadilah perubahan yang sangat banyak,
tidak hanya dalam masukannya, tetapi juga dalam hasilnya. Misalnya, komunikasi
satu arah biasanya lebih banyak memerlukan dan mendapatkan perencanaan daripada
komunikasi dua-arah. Hamper selalu memiliki waktu lebih banyak yang
dipergunakan untuk menyiapkan diri daripada dalam sistim dua-arah. Alasannya
mungkin jelas. Si pengirim perlu memilih secara saksama kode yang akan
dipergunakannya. Bahkan kata-kata yang tepat yang akan dipergunaknnya. Tetapi
di dalam komunikasi dua-arah ia cenderung untuk memulai lebih cepat, tidak
terlalu merisaukan tentang suatu perencanaan umum atau strategi, karena ia
mengetahui bahwa umpan balik itu akan memberinya kesempatan-kesempatan untuk
mengoreksi dirinya sendiri. Komunikasi satu arah adalah seperti sebuah piringan
hitam. Sekali piringan hitam itu dimulai; maka harus dimainkan terus. Oleh
karenanya sebelum dimulai harus dilakukan perencanaan yang saksama. Komunikasi
dua-arah adalah suatu strategi yang lain lagi, yaitu semacam strategi yang
bersifat “local”, dimana si pengirim mulai dengan melewati satu jalan,
meneruskan sedikit lagi, dan sebagainya. Ia tidak perlu merencanakan terlalu
banyak karena yang diperlukan adalah mendengarkan serta bersikap peka terhadap
umpan balik yang diperoleh.
Dengan definisi kita tenang komunikasi,
maka pokok persoalan tentang komunikasi satu-arah dan komunikasi dua-arah di
dalam organisasi dapat dikemukakan secara berbeda daripada biasanya. Hal itu
disebabkan karena kini kita dapat melihat konflik yang jelas antara efisiensi
yang pendek dari komunikasi dua-arah dan wewenang pada bermacam-maca, tingkatan
hirarki. Komunikasi dua-arah dan wewenang pada bermacam-macam tingkatan
hirarki. Komunikasi dua-arahdan membuat komunikasi lebih sahid (valid) tidak
hanya dalam hal pemindahan fakta-fakta secara lebih teliti tetapi juga dalam
hal pengaturan kembali persepsi lebih teliti tetapi juga dalam hal pengaturan
kembali persepsi tentang hubungan-hubungan. Wewenang, misalnya, dibawah
kondisi-kondisi yang ideal dari komunikasi dua-arah mungkin tidak lagi
memberikan perlindungan yang memadai komunikasi dua-arah mungkin tidak lagi
memberikan perlindungan yang memadai bagi ketidakmampuan seseorang.
Sumber: Leavitt, Harold J.
(1997). Psikologi manajemen. Jakarta: Erlangga