A.
Pengaruh
dan Emosi
Mungkin ide yang paling penting di dalam keseluruhan
ini ialah bahwa apabila A bermaksud mempengaruhi B, maka sebaiknya ia menyadari
bahwa ia sedang melaksanakan tugas emosional sebagai tugas intelektual; bahwa
perubahan – pada individu, organisasi, masyarakat – selalu meliputi
komponenyang luas dari emosionalitas. Memang, sebagian besar pendidikan telah
mengajarkan agar kita percaya bahwa kita mempengaruhi orang melalui akal sehat,
atau sekurang-kurangnya kita harus demikian. Orang harus dibujuk dengan
fakta-fakta, dengan bukti, dengan kebenaran. Tetapi suatu pengamatan terhadap
kenyataan akanmemperlihatkan kepada kita bahwa pada sebagian besar masalah,
akal hanyalahmerupakan suatu komponen yangkecil saja dari proses. Kebanyakan
kita menerima atau menolak ide-ide baru ataumerubah perliaku kita sebagai hal
yang lebihmerupakan jawaban terhadap perasaan-perasaan daripada terhadap
fakta-fakta. Kita berubah karena ditakut-takuti atau dirayu atau disayangi atau
diancam. Pembaca yang sepenuh hati peracay kepada logika dan akal mungkin
enggan menerima kenyataan bahwa sebagian orang lebih dipengaruhi oleh emosi
ketimbang oleh akal. Tetapi hal itu memberikan kepada kita alas an yang lebih
kuatagar kita bekerja kea rah suatu dunia yang lebihapi hal itu memberikan
kepada kita alas an yang lebih kuatagar kita bekerja kea rah suatu dunia yang
lebih rasional. Akan tetapi, adalah penting. Sekalipun bagi pembaca yang paling
rasional agar memperhatikan secara rasional segi yang positif. Bahkan segi yang
layak dari emosionalitas. Tentu saja ada segi setia. Atau tanpa rasa cinta
terhadap orang yang dekat dengan kita, atau melepaskan diri dari tanggung jawan
moral, sekalipun jika akal yang murni mungkin menuntun kita ke temat lain.
Maka jika kita menyatakan bahwa senagian besar
perubahan dari pengaruh adalah merupakan proses emosional, kita juga
melakukannya tanpa menyesal ataupun tanpa sikap sinis. Cinta, tanggung jawab,
dan kesetiaan tidak perlu dianggap sebagai ketidaksempurnaan dan keributan
dalam hal ikhwal manusia (hal itu bisa dilihat).
B.
Motivasi
si pengubah
A (isi
pengubah) B (orang yang diubah)
Hubungan
Suatu
keanehan manusia yang berusaha mengubah orang lain dalam hal kesediaan mereka
untuk melaksanakan pekerjaan itu tanpa banyak berpikir tentang tujuan mereka
sendiri atau motif mereka sendiri. Seorang teman saya baru-baru ini
menceritakan kepada saya tentang usahanya yang keras untuk membuat anak
perempuannya berhenti mengisap ibu jari. Sudah sejak lama ia mengkhawatirkan
hal itu dan ia telah pergi ke dokter keluarga. Dokter telah memeriksa anak itu
dan ia tidak menemukan sesuatu kerusakan fisik, dan menasihatkan kepada sang
ayah agar melupakan masalah tersebut.
Tetapi tatkalaanak itu telah berumur kira-kira tiga tahun, sang
ayah mulai mengkhawatirkan lagi tentang hal tersebut. Katanya, ia khawatir
tentang akibat mengisap ibu jari terhadap gigi dan rahanya. Pada waktu itu, ia
membawa anaknya kepada seorang psikiater, yang telah berbicara dengan anak
tersebut beberapa waktu lamanya dan menghasilkan saran yang sama dengan yang
telah diberikan oleh dokter keluarganya: yaitu agar ia melupakan masalah
tersebut ; karena anak itu akan sembuh dengan sendirinya.
Enam
bulan kemudian sang ayah memutuskan dengan caranya senriri untuk mencoba
beberapa metode yang popular untuk menghentikan pengisapan jempol itu. Ia menaruh
semacam bahan yang rasanya tidak enak pada ibu jari anaknya; ia memukulnya; dan
ia memakaikan sarung tangan. Tetapi metode ini tidak berhasil juga.
Sumber: Leavitt, Harold J. (1997). Psikologi manajemen. Jakarta: Erlangga
Tidak ada komentar:
Posting Komentar