Kamis, 29 Oktober 2015

Komunikasi

A.    Definisi Psikologi Komunikasi
Komunikasi adalah peristiwa sosial – peritiwa yang terjadi ketika manusia berinteraksi dengan manusia yang lain. Pendekatan psikologi sosial adalah juga pendekatan psikologi komunikasi. Psikologi komunikasi juga melihat bagaimana respons yang terjadi pada masa lalu dapat meramalkan respons yang akan dating. Kita harus mengetahui sejarah respons sebelum meramalkan respons individu masa ini. Dari sinilah timbul perhatian pada gudang memori  (memory stronge) dan set (penghubung masa lalu dan masa sekarang). Salah satu unsur sejarah respons ialah peneguhan. Peneguhan adalah respons lingkungan (atau orang lain pada respons organisme yang asli). Bergera dan Lambert menyebutnya feedback (umpan balik). Fisher (1978) tetap menyebutnya peneguhan saja. George  A. Miller (1974) membantu kita membuat definisi psikologi yang mencakup semuanya: psychology is the science that attempts to describe, predict, and control mental and behavioral event. Dengan demikian, psikologi komunikasi adalah ilmu yang berusaha menguraikan, meramalkan, dan mengendalikan peristiwa mental dan behavioral dalam komunikasi. Peristiwa mental adalah – apa yang disebut Fisher – “internal mediation of stimuli”, sebagai akibat berlangsungnya komunikasi peristiwa behavioral adalah apa yang Nampak ketika orang berkomunikasi.

B.     Proses Komunikasi
Kata komunikasi sendiri dipergunakan sebagai proses, sebagai pesan, sebagai pengaruh, atau secara khusus sebagai pasien-pasien dalam psikoterapi. Jadi psikologi menyebut komunikasi pada penyampaian energy dari alat-alat indera ke otak, pada peristiwa penerimaan dan pengolahan informasi, pada proses saling pengaruh dintara berbagai system dalam diri organisme dan diantara organisme. Ketika anda membaca buku ini, retina mata anda yang terdiri dari 12 juta sel saraf lebih, beraksi pada cahaya dab menyampaikan pesan pada cabang-cabang saraf yang menyambungkan mata dengan saraf optic. Saraf optic menghubungkan implus-implus saraf itu ke otak. Sepuluh sampai 14 juta sel saraf pada otak anda, disebut neuron, dirangsang oleh impuls-impuls yang dating. Terjadilah proses persepsi yang menakjubkan. Bagian luar neuron, dendrit adalah penerima informasu. Soma mengolah informasi dan menggabungkannya. Axon adalah kabel miniature yang menyampaikan infomasi dari alat indera ke otak, otak ke otot, atau dari neuron yang satu kepada yang lain. Di ujung axon terdapatlah serangkaian knop (terminal knobs) yang melanjutkan informasi itu. Psikolog menyebut proses ini komunikasi. Prosesnya memang tidak berbeda dengan system telekomunikasi dengan terminal-terminal relay dan dilengkapi dengan computer.

C.    Dimensi Komunikasi
Kadang-kadang ada keuntungannya untuk menyampaikan pertanyaan yang bodoh. Hal itu dapat membantu membuang kulit yang menyelubungi suatu ide sehingga kita dapat melihatnya secara objektif.
Misalnya kita bertanya secara bodoh. Hal-hal apa yang dapat terjadi ketika A berbicara dengan B? Apa yang akan terlipu dalam pembicaraan di antara dua orang?. Mereka mungkin membicarakan tentang permainan ataupun masalah seks. Apabila kita bersuara di dalam suatu percakapan, biasanya isinya pertama-tama adalah mengenai diri kita. Memang, isi dari komunikasi adalah merupakan hal yang dipikirkan oleh para ahli psikologi dan ahli bisnis ketika mereka memikirkan tentang hubungan antar-manusia. Kita juga dapat melihat adanya pembagian golongan dalam hal isi. Kita dapat membeda-bedakan kategori dari jenis isi, misalnya apakah hal itu merupakan fakta atau merupakan perasaan.
Ketika A berbicara dengan B, terjadilah hal-hal lain, yang sangat terlepas dari hal yang dibicarakan. Ada percakapan yang terjadi dengan bising (noise), sedangkan yang lainnya relative tanpa bising. Di dalam konteks ini “bising” berarti hal-hal yang mengganggu pengiriman. Kita dapat menjumpai suara saluran seperti gangguan udara pada kawat telepon menyebabkan B sukar untuk mendengar apa yang dikatatakan oleh A. kita juga perlu memikirkan tentang adanya suara-suara psikologis, seperti misalnya pikiran B tentang hal-hal lain, sehingga sekali lagi adalah sukar B untuk mendengar apa yang dikatakan oleh A. bahasa dan suara kode mungkin menybabkan kesukaran bagi B untuk mendengarkannya: ia tidak memahami kata-kata yang dipergunakan oleh A di dalam cara sebagaimana A memahaminya.
Semua macam kebisingan dapat terjadi terlepas dari masalah isi. Kita dapat menemukan komunikasi yang bising atau tanpa bising dari setiap jenis isi. Biasanya kita juga dapat mengamati bahwa A, bila terjadi bising, kemungkinan besar berkomunikasi secara berlebih-lebihan – untuk mengulangi pesannya harapan bahwa B dapat mendengarkannya dengan lebih baik pada saat yang kedua kalinya atau untuk mengatakan hal yang sama dengan cara yang berbeda. Berlebih-lebihan adalah salah satusenjata umum yang paling banyak dipergunakan untuk melawan bising. Selama adanya isinh, berlebih-lebihan adalah membantu meneruskan isi, dan ini merupakan hal yang “tidak efesien”.
Di samping dimensi-dimensi isi dan bising dari percakapan A dengan B, dimensi yang ketiga adalah jaringan komunikasi. Biasanya kita berfikir bahwa percakapan antara A dengan B adalah langsung. Tetapi banyak percakapan semacam itu, terutama di dalam organisasi, ditengahi oleh orang lain. Suatu hal yang dianggap harus dinyatakan oleh bagan organisasi, ditengahi oleh orang lain. Suatu hal yang dianggap harus dinyatakan oleh bagan organisasi kepada kita ialah bahwa A dapat berbicara dengan B hanya dengan melalui C atau D. sturuktur jaringan yang dipergunakan oleh suatu organisasi dapat sangat bermanfaat bagi kecepatan dan ketepatan komunikasi antar anggotanya satu sama lain.
Satu dimensi lagi dari proses tersebut penting untuk diketahui. Terutama karena hal itu telah sangat sukar untuk dikuasai di dalam kepustakaan mengenai kepemimpinan. Hal itu ialah arah komunikasi – satu arah atau dua arah. Lagi-lagi ini adalah merupakan dimensi yang bebas. Apa pun yang mungkin dikatakan oleh A dan B. sejauh manapun gangguan suara ikut terlibat, bagaimana pun jaringannya. A mungkin berbicara dengan B dengan cara ini: A àB; atau cara ini: A ßà B; A dapat berbicara dan B hanya dapat mendengarkan, yaitu komunikasi satu-arah; atau A mendengarkan dan B yang berbicara.

D.    Komunikasi Satu-arah dan Komunikasi Dua-arah adalah Motede yang Berbeda
Apabila seseorang berpindah dari metode satu-arah kepada komunikasi dua-arah, terjadilah perubahan yang sangat banyak, tidak hanya dalam masukannya, tetapi juga dalam hasilnya. Misalnya, komunikasi satu arah biasanya lebih banyak memerlukan dan mendapatkan perencanaan daripada komunikasi dua-arah. Hamper selalu memiliki waktu lebih banyak yang dipergunakan untuk menyiapkan diri daripada dalam sistim dua-arah. Alasannya mungkin jelas. Si pengirim perlu memilih secara saksama kode yang akan dipergunakannya. Bahkan kata-kata yang tepat yang akan dipergunaknnya. Tetapi di dalam komunikasi dua-arah ia cenderung untuk memulai lebih cepat, tidak terlalu merisaukan tentang suatu perencanaan umum atau strategi, karena ia mengetahui bahwa umpan balik itu akan memberinya kesempatan-kesempatan untuk mengoreksi dirinya sendiri. Komunikasi satu arah adalah seperti sebuah piringan hitam. Sekali piringan hitam itu dimulai; maka harus dimainkan terus. Oleh karenanya sebelum dimulai harus dilakukan perencanaan yang saksama. Komunikasi dua-arah adalah suatu strategi yang lain lagi, yaitu semacam strategi yang bersifat “local”, dimana si pengirim mulai dengan melewati satu jalan, meneruskan sedikit lagi, dan sebagainya. Ia tidak perlu merencanakan terlalu banyak karena yang diperlukan adalah mendengarkan serta bersikap peka terhadap umpan balik yang diperoleh.

Dengan definisi kita tenang komunikasi, maka pokok persoalan tentang komunikasi satu-arah dan komunikasi dua-arah di dalam organisasi dapat dikemukakan secara berbeda daripada biasanya. Hal itu disebabkan karena kini kita dapat melihat konflik yang jelas antara efisiensi yang pendek dari komunikasi dua-arah dan wewenang pada bermacam-maca, tingkatan hirarki. Komunikasi dua-arah dan wewenang pada bermacam-macam tingkatan hirarki. Komunikasi dua-arahdan membuat komunikasi lebih sahid (valid) tidak hanya dalam hal pemindahan fakta-fakta secara lebih teliti tetapi juga dalam hal pengaturan kembali persepsi lebih teliti tetapi juga dalam hal pengaturan kembali persepsi tentang hubungan-hubungan. Wewenang, misalnya, dibawah kondisi-kondisi yang ideal dari komunikasi dua-arah mungkin tidak lagi memberikan perlindungan yang memadai komunikasi dua-arah mungkin tidak lagi memberikan perlindungan yang memadai bagi ketidakmampuan seseorang.

Sumber: Leavitt, Harold J. (1997). Psikologi manajemen. Jakarta: Erlangga

Mempengaruhi Perilaku

A.    Pengaruh dan Emosi
Mungkin ide yang paling penting di dalam keseluruhan ini ialah bahwa apabila A bermaksud mempengaruhi B, maka sebaiknya ia menyadari bahwa ia sedang melaksanakan tugas emosional sebagai tugas intelektual; bahwa perubahan – pada individu, organisasi, masyarakat – selalu meliputi komponenyang luas dari emosionalitas. Memang, sebagian besar pendidikan telah mengajarkan agar kita percaya bahwa kita mempengaruhi orang melalui akal sehat, atau sekurang-kurangnya kita harus demikian. Orang harus dibujuk dengan fakta-fakta, dengan bukti, dengan kebenaran. Tetapi suatu pengamatan terhadap kenyataan akanmemperlihatkan kepada kita bahwa pada sebagian besar masalah, akal hanyalahmerupakan suatu komponen yangkecil saja dari proses. Kebanyakan kita menerima atau menolak ide-ide baru ataumerubah perliaku kita sebagai hal yang lebihmerupakan jawaban terhadap perasaan-perasaan daripada terhadap fakta-fakta. Kita berubah karena ditakut-takuti atau dirayu atau disayangi atau diancam. Pembaca yang sepenuh hati peracay kepada logika dan akal mungkin enggan menerima kenyataan bahwa sebagian orang lebih dipengaruhi oleh emosi ketimbang oleh akal. Tetapi hal itu memberikan kepada kita alas an yang lebih kuatagar kita bekerja kea rah suatu dunia yang lebihapi hal itu memberikan kepada kita alas an yang lebih kuatagar kita bekerja kea rah suatu dunia yang lebih rasional. Akan tetapi, adalah penting. Sekalipun bagi pembaca yang paling rasional agar memperhatikan secara rasional segi yang positif. Bahkan segi yang layak dari emosionalitas. Tentu saja ada segi setia. Atau tanpa rasa cinta terhadap orang yang dekat dengan kita, atau melepaskan diri dari tanggung jawan moral, sekalipun jika akal yang murni mungkin menuntun kita ke temat lain.
Maka jika kita menyatakan bahwa senagian besar perubahan dari pengaruh adalah merupakan proses emosional, kita juga melakukannya tanpa menyesal ataupun tanpa sikap sinis. Cinta, tanggung jawab, dan kesetiaan tidak perlu dianggap sebagai ketidaksempurnaan dan keributan dalam hal ikhwal manusia (hal itu bisa dilihat).

B.     Motivasi si pengubah

A (isi pengubah)                                                          B (orang yang diubah)

                 

 Hubungan

Suatu keanehan manusia yang berusaha mengubah orang lain dalam hal kesediaan mereka untuk melaksanakan pekerjaan itu tanpa banyak berpikir tentang tujuan mereka sendiri atau motif mereka sendiri. Seorang teman saya baru-baru ini menceritakan kepada saya tentang usahanya yang keras untuk membuat anak perempuannya berhenti mengisap ibu jari. Sudah sejak lama ia mengkhawatirkan hal itu dan ia telah pergi ke dokter keluarga. Dokter telah memeriksa anak itu dan ia tidak menemukan sesuatu kerusakan fisik, dan menasihatkan kepada sang ayah agar melupakan masalah tersebut.
      Tetapi tatkalaanak itu telah berumur kira-kira tiga tahun, sang ayah mulai mengkhawatirkan lagi tentang hal tersebut. Katanya, ia khawatir tentang akibat mengisap ibu jari terhadap gigi dan rahanya. Pada waktu itu, ia membawa anaknya kepada seorang psikiater, yang telah berbicara dengan anak tersebut beberapa waktu lamanya dan menghasilkan saran yang sama dengan yang telah diberikan oleh dokter keluarganya: yaitu agar ia melupakan masalah tersebut ; karena anak itu akan sembuh dengan sendirinya.

      Enam bulan kemudian sang ayah memutuskan dengan caranya senriri untuk mencoba beberapa metode yang popular untuk menghentikan pengisapan jempol itu. Ia menaruh semacam bahan yang rasanya tidak enak pada ibu jari anaknya; ia memukulnya; dan ia memakaikan sarung tangan. Tetapi metode ini tidak berhasil juga.

Sumber: Leavitt, Harold J. (1997). Psikologi manajemen. Jakarta: Erlangga

Kekuasaan

A.    Definisi Kekuasaan yang Memaksa
Kelompok melakukan tekanan terhadap anggota yang menyimpang. Biasanya tekanan itu bergerak melampaui beberapa tahap, dari pertukaran pendapat yang rasional, kemudian bujuk-rayu yang bersifat emosional, kemudian penyerangan dan akhirnya adalah pemotongan si penyimpangan dari kelompok. Tetapi proses itu biasanya tidak bersifat tak terduga ataupun kejam. Dipandang dari segi kelompok mereka melakukan tekanan dalam usaha mereka untuk mempertahankan kekompakan dan menyelesaikan pekerjaan kelompok.
Tekanan kelompok paling besar berperan ketika si penyimpang merasa bahwa ia berada sendirian. Apabila ia mendapat sesuatu dukungan yang minimal sekalipun. Maka ia akan dapat mempertahankan diri secara lebih efektif. Dan meskipun seorang penyimpang yang kuat akan mempunyai kesempatan yang lebih baik untuk menang ketimbang penyimpang yang lemah, tak seorang pun menyimpang akan mampu menggoyahkan terlalu cepat dan terlalu jauh sebuah kelompok yang kompak dan kemudian meloloskan diri dari mereka.
Adalah jelas bahwa adanya penyimpangan akan membuat kelompok berpikir sekalipun menyimpang tersebut tidak merubah pendapat kelompok. Tetapi kita perlu memperhalus dua pendapat yang lazim tentang penyimpangan. Pertama adalah pandangan bahwa bagaimanapun juga ketidaksesuaian di dalam kelompok adalah lebih baik daripada kesesuaian. Kita harus ingat bahwa banyak karya dunia yang hanya dapat di selesaikan dengan penyesuaian diri terhadap standar yang telah disetujui bersama. Kedua adalah pandangan bahwa kelompok mematikan individualitas dengan cara menekan individu untuk menyesuaikan diri dengan berperilaku sebagai diri sendiri apabila posisi dan keanggotaan kita di dalam terasing dan tidak mendapat dukungan.

B.     Taktik Kekuasaan yang Memaksa
Taktik kekuasaan imbangan tidak perlu tidak syah (illegal) meskipun hal amoral sering terlihat oleh korban-korban bahwa taktik tersebut sebagai “tidak syah” atau “tidak jujur”. Dan perhatikan bahwa penggunaan dari setiap taktik tertentu yang menakjubkan hanyalah berlangsung sebentar saja. Sekali pihak lain belajar untuk menduga adanya hal tersebut, pertahanan untuk menghadapinya biasanya dapat dibuat dengan seada-adanya. Tetapi prosesnya adalah dinamis. Jika pertahanan saya terkena oleh suatu undang-undang yang menetapkan larangan berkumpulnya lebih dari lima orang di depan tangga gedung pemerintah, kemungkinan dapat terjadi dua hal. Pertama, pertemuan yang kreatif tentang taktik-taktik baru yang menakjubkan, dank e dua, “pembebasan” diri dari pihak lain dengan jalan ke luar dari undang-undang kearah gerilya atau teroris melawan pihak yang tidak dapat dihadapi dengan pertahanan yang “syah”.
Kekuasaan disini adalah kekuasaan yang diperoleh seseorang menurt jabatannya, dan dipergunakan untuk tujuan diri sendiri atau kelompoknya atau kelompoknya hanya selama kekuasaan itu berlaku. Disini, kita memusatkan perhatian kepasa selama kekuasaan itu berlaku. Disini, kita memusatkan perhatian kepada kekuasaan memaksa – yaitu pemerasan, tekanan, ancaman – yang merupakan taktik kekuasaan yang sering kita pandangannya                                           
C.    Kekuasaan Sebagai Pengurangan
Kita tidak perlu mengingatkan pembaca bahwa banyak dari pengaruh yang dpraktekkan di dunia mengambil bentuk pemerasan. Terror (perbuatan sewenang-wenang) dan ancaman. Taktik kekuasaan yang memaksa semacam itu biasanya bergantung kepada pengurangan (atau ancaman pengurangan) terhadap sarana-sarana pemuasan kebutuhan orang lain, disertai dengan suatu tuntutan perubahan perilaku.
Negara yang kuat mengumpulkan pasukan-pasukannya pada perbatasan dengan Negara yang lemah dan berkata, “kami akan menyerbu anda, kecuali bila anda mengembalikan daerah tersebut (yang, tentu saja, secara historis adalah hak kami)”. Perampokan bersenjata menuntut, “bila anda ingin hidup, serahkan uang anda.”.

Tetapi perhatikanlah: “Datanglah bekerja tepat pada waktunya, “kata sang supervisorm “kalau tidak anda akan dipecat.” Hal seperti itu juga merupakan penggunaan kekuasaan yang bersifat mengurangi (reductive power).

Sumber: Leavitt, J Harold. (1997). Psikologi manajemen. Jakarta: Erlangga

Sejarah dan Definisi Psikologi Manajemen

A. Sejarah Manajemen
Pada perkembangan peradaban manusia, ilmu terbagi dalam tiga kelompok besar, yaitu:
1.      Ilmu yang mempelajari setia /seluruh gejala, bentuk dan eksistensinya yang erat hubungannya dengan alam beserta isinya dan secara universal mempunyai sifat yang pasti dan sarna serta tidak dipisahkan oleh ruang dan waktu, disebut ilmu eksakta, contoh : fisika, kimia dan biologi.
2.      Ilmu yang mempelajari seluruh gejala rnanusia dan eksistensinya dalam hubungannya pada setiap aspek kehidupan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat dinamakan ilmu sosial/non eksakta, misalnya : ekonomi, politik, psikologi, sosiologi, hukum, administrasi dan lain-lain.
3.      Ilmu humaniora, kumpulan pengetahuan yang erat hubungannya dengan seni, misalnya : seni tari, seni lukis, seni sastra, dan seni suara.
IImu manajemen merupakan salah satu disiplin ilmu sosial. Pada tahun 1886 Frederick W. Taylor melakukan suatu percobaan time and motion study dengan teorinya ban berjalan. Dari sini lahirlah konsep teori efisiensi dan efektivitas. Kemudian Taylor menulis buku berjudul The Principle of Scientific Management (1911) yang merupakan awal dari lahirnya manajemen sebagai ilmu. Di samping itu ilmu manajemen sebagai ilmu penegtahuan mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1.      Adanya kelompok manusia, yaitu kelompok yang terdiri atas dua orang atau lebih.
2.      Adanya kerjasama dari kelompok terse but.
3.      Adanya kegiatan Iproses/usaha
4.      Adanya tujuan Selanjutnya ilmu manajemen merupakan kumpulan disiplin ilmu sosial yang mempelajari dan melihat manajemen sebagai fenomena dari masyarakat modem.
Dimana fenomena masyarakat modem itu merupakan gejala sosial yang membawa perubahan terhadap organisasi. Ada beberapa adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kehidupan suatu organisasi, yaitu :
1.      Tekanan pemilik perusahaan
2.      Kemajuan teknologi
3.      Saingan baru
4.      Tuntutan masyarakat
5.      Kebijaksanaan pemerintah
6.      Pengaruh dunia Internasional

B.    Definisi Manajemen
Dalam suatu organisasi diperlukan manajemen untuk mengatur proses penyelenggaraan organisasi hingga tercapainya tujuan dari organisasi tersebut. Pada instansi pemerintah khususnya menyangkut soal pelayanan publik, diperlukan manajemen yang efektif dan efisien dalam proses penyelenggaraan pelayanan agar tercapainya tujuan dari pelayanan itu sendiri yakni kepuasan masyarakat.
Kata manajemen berasal dari bahasa Prancis kuno ménagement, yang memiliki arti seni melaksanakan dan mengatur. Selain itu juga, manajemen berasal dari bahasa inggris yaitu management berasal dari kata manage menurut kamus oxford yang artinya memimpin atau membuat keputusan di dalam suatu organisasi. Istilah manajemen yang diterjemahkan dari kata manage memang biasanya dikaitkan dengan suatu tindakan yang mengatur sekelompok orang di dalam organisasi atau lembaga tertentu demi mencapai tujuan-tujuan tertentu.
Menurut Manulang (Atik & Ratminto, 2012: 1) mendefinisikan manajemen 12 sebagai suatu seni dan ilmu perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, penyusunan dan pengawasan daripada sumber daya manusia untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu. G.R Terry (Hasibuan, 2009 : 2) mendefinisikan manajemen sebagai suatu proses yang khas yang terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan, pengarahan dan pengendalian yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah ditentukan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumbersumber lainnya. Sedangkan menurut Stoner dan Freeman (Safroni, 2012: 44) manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian upaya anggota organisasi dan proses penggunaan semua sumber daya organisasi untuk tercapainya tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
Berdasarkan pengertian-pengertian manajemen yang telah dijelaskan diatas, maka dalam penelitian ini dapat dipahami bahwa manajemen merupakan suatu rangkaian kegiatan mulai dari perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengendalian serta pengawasan dengan memanfaatkan sumber daya manusia serta sumber-sumber daya lainnya untuk mencapai suatu tujuan organisasi yang telah ditentukan.
Manajemen secara etimoligis yaitu menegement yang artinya seni mengatur dan melaksanakan. Kata manajemen sering digunakan dalam sehari-hari kita dan sangat membantu dalam mengerjakan sesuatu. Tentunya peran manajemen sangat dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari yang diperuntukkan untuk mengatur segala pekerjaan, manajemen ini berfungsi agar segala pekerjaan dapat terselesaikan dengan baik secara tersistematis. Hal inilah yang membuat para ahli memberikan pengertian manajemen. Beberapa pengertian manajemen menurut para ahli, berikut informasi tentang pengertian manajemen menurut para ahli atau pakar:

C.     Pengertian Manajemen Menurut Para Ahli
1.      Menurut Drs. Oey Liang Lee mengartikan manajemen adalah ilmu dalam perencanaan, pengorganisasian, penyusunan, pengarahan dan pengawasan dari manusia untuk menentukan capaian tujuan sebagaimana yang telah ditetapkan.
2.      Pengertian manajemen menurut James A.F. Stoner adalah proses perencanaan, pengorganisasian dan penggunaan terhadap sumberdaya organisasi lainnya supaya tujuan organisasi dapat tercapai sesuai dengan yang ditetapkan.
3.      Pengertian manajemen menurut R. Terry adalah suatu proses khas terdiri tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengontrolan yang dilakukan dalam menentukan serta mencapai target yang sudah ditetapkan lewat pemanfaatan sumberdaya manusia dan lainnya.
4.      Pengertian manajemen menurut Lawrence A. Appley adalah suatu seni untuk mencapai tujuan tertentu lewat usaha yang dilakukan oleh orang lain
5.      Pengertian manajemen menurut Horold Koont dan Cyril O’Donnel adalah suatu usaha untuk mencapai tujuan lewat kegiatan orang lain.
6.      Pengertian manajemen menurut stoner adalah suatu proses dalam membuat perencanaan, ppengorganisasian, mengendalikan dan memimpin segala macam usaha daripada anggota organisasi dan menggunakan segala sumber daya organisasi dalam mencapai sasaran.
7.      Pengertian manajemen menurut Wilson Bangun adalah suatu rangkaian aktivitas yang dikerjakan oleh para anggota organisasi agar tujuan dapat tercapai dengan rangkaian yang teratur dan tersusun baik.

Tentunya dari beberapa pengertian manajemen menurut para ahli diatas memiliki kesamaan makna walaupun disampaikan dalam bentuk dan tolak ukur yang berbeda. Adapun pengertian manajemen yang sering digunakan oleh orang yaitu pengertian manajemen menurut Ricky W. Griffin, dimana beliau mengartikan manajemen adalah sebagai proses perencanaan,pengorganisasian,pengoordinasian dan pengendalian atau kontrol sumber daya dalam mencapai sasaran dengan efisien dan efektif.